Sahabat Blogger السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِوَبَرَكَاتُهُ
Prof DR. Ashim al-Qaryuthi menuturkan kisah seorang ibu tersenyum kepada istri anaknya setelah berlalu bulan madu keduanya. Dia berkata, “Engkau telah membuat putraku rajin shalat ke masjid. Engkau berhasil dalam waktu 30 hari saja, padahal aku telah berusaha menasihatinya selama 30 tahun!”
Menantu itupun mengalirkan air mata…
Menantu itu berkata, “Apakah anda telah mengetahui wahai ibuku, kisah tentang batu dan harta?
Dikisahkan bahwasana ada sebuah batu
besar yang menghalangi jalannya manusia. Maka seorang laki-laki dengan
sukarela berusaha memecahkan batu itu dan menyingkirkannya. Dia memukul
batu itu dengan kapak hingga 99 kali, tapi batu itu tidak bergeming. Dia
sangat kelelahan…
Ketika itu datanglah seorang laki-laki
dan menawarkan bantuan… Dia memukul batu besar itu dengan kapak dengan
sekali pukulan, tiba-tiba batu itu pun pecah!
Ternyata di bawah batu itu terdapat sekantung emas.
Berkatalah laki-laki kedua ini, “Emas ini adalah milikku, karena akulah yang telah memecahkan batu ini!”
Keduanya pun mencari keadilan kepada hakim.
Keduanya pun mencari keadilan kepada hakim.
Orang yang bertama berkata, “Hendaknya
sebagian harta itu diberikan kepadaku, karena aku telah memukul batu itu
sebanyak 99 pukulan, kemudian aku sampai keleahan!”
Laki-laki kedua berkata, “Tidak, harta itu adalah milikku seluruhnya, karena akulah yang memecahkan batu itu!”
Hakim itu berkata, “Engkau wahai
laki-laki yang pertama, engkau mendapatkan 99 bagian dari harta ini,
adapun engkau laki-laki yang memecahkan batu, bagimu satu bagian saja,
seandainya laki-laki pertama ini tidak memukulnya sampai 99 kali maka
batu itu tidak akan pecah pada pukulan ke 100!”
Sungguh … di dalam kisah ini terdapat pelajaran akhlaq yang agung…m
1. Seorang ibu, seorang ibu yang telah
berusaha menasihati putranya untuk shalat selama 30 tahun tanpa putus
asa, kemudian dia merasa gembira dengan anaknya yang shalat karena
pengaruh dari istrinya, meskipun anaknya itu tidak memedulikan nasihat
ibunya selama 30 tahun!
2. Mmenantu yang agung akhlaqnya! Dia
tidak menyematkan keutamaan kepada dirinya, bahkan dia menjadikan
keutamaan itu sepenuhnya milik ibu tersebut, karena ibu itu telah
meletakkan asas kepada anaknya, satu demi satu… hingga tersisa satu
bagian terakhir, yang disempurnakan oleh dirinya…
Sudahkah anda demikian…
Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik kepada keluarganya, dan aku adalah orang yang paling baik di antara kalian kepada keluargaku”
Bagaimana? sudah mendapatkan insight juga kah dari kisah di atas bagaimana cara menasehati suami / istri / anggota keluarga
yang belum juga mau mengamalkan ajaran agama dengan sebaik baiknya? Ya
caranya dengan terus memberikan nasehat dengan bahasa yang baik secara
terus menerus tanpa berputus asa. Pukulan ke seratus yang menjadi jalan
hidayah bisa dari siapa saja, namun mustahil akan ada pukulan ke seratus
kalau kita tidak sejak sekarang ‘memukulinya’ dengan bahasa nasehat
yang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar